Skip to main content

Betapa Mengerikan-nya Camp Konsentrasi Nazi

       Saya cukup penasaran dengan kisah pilu peristiwa Holocaust yang telah menghabisi nyawa ribuan orang hanya dalam kurun waktu 5 tahun. Alasan inilah yang mendorong saya untuk melangkahkan kaki ke camp konsentrasi Yahudi di Jerman yang cukup mengerikan.

Selain terdapat di Auschwitz Polandia, konsentrasi pembantaian Yahudi juga terdapat di Berlin, tepatnya di Oranienburg sekitar 35 km dari kota Berlin yang biasa di kenal dengan Sachsenhausen atau Saxon’s Houses.

Musim panas yang lalu saya berkesempatan untuk melihat langsung sisa-sisa gudang pembunuhan warga Yahudi, juga beberapa tempat pembantaian yang masih berdiri tegak termasuk tiang untuk mengeksekusi para korban. Selain keturunan Yahudi, camp ini juga menjadi tempat terakhir bagi para tahanan politik, pelaku kriminal, penganut komunis dan homosexual.



Sachsenhausen

Matahari cukup terik ketika saya sampai di Oranienburg. Beruntung ada seorang kawan yang menawarkan tumpangan untuk sampai ke Sachsenhausen. Meskipun jaraknya tidak terlalu jauh dari stasiun Oranienburg, namun hanya tersedia satu rute bus untuk sampai ke Sachsenhausen itupun juga satu jam sekali. Bayangkan saja jika hanya telat satu menit, kita harus nunggu satu jam berikutnya.

Kesan mengerikan belum benar-benar terlihat dari bagian terdepan kawasan ini. Dinding tebal bertuliskan “GedenkStätte und Museum Sachsenhausen” menyambut saya tanpa diiringi hingar bingar keramaian layaknya tempat wisata lain. Sepi, tenang namun menyimpan berjuta kisah pedih, mungkin itulah yang ingin disampaikan dinding besar dan kokoh ini.

Tanpa dipungut biaya saya memasuki lokasi pembantaian yang paling mengerikan bagi sejarah keturunan Yahudi di bawah kekuasaan Nazi. Pertama-tama saya disuguhi sebuah peta yang menggambarkan tempat konsentrasi tersebut. Saya semakin dibuat penasaran, karena sepanjang mata memandang saya tidak menyaksikan barack-barack ataupun menara triangels yang menjadi ciri khas camp konsentrasi ini.

Ah, rupanya saya harus berjalan sekitar satu kilometer lagi untuk benar-benar sampai di gerbang utama konsentrasi tersebut. “ARBEIT MACHT FREI”, yang berarti “works make you free” merupakan slogan kepatuhan bagi para tahanan jika ingin selamat. Slogan ini terpampang jelas di gerbang pintu masuk yang berada tepat di bawah bangunan terdepan lokasi ini.

Begitu melewati gerbang utama, pemandangan langsung tertuju ke sebuah menara triangle yang merupakan monumen kebebasan Soviet. Memorial ini berbentuk seperti obeliks dengan delapan belas segitiga merah untuk memperingati para tahanan yang terdiri dari delapan belas kewarganegaraan.



Lokasi camp konsentrasi ini cukup luas, dikelilingi oleh tembok tebal setinggi 3 meter dengan menara pengintai di masing-masing sudutnya. Dibawah tembok bagian dalam terdapat pagar listrik yang mematikan. Diantara pembatas tersebut terdapat sebuah space berkerikil yang disebut sebagai “death strip”. Bagi tahanan yang memasuki area tersebut akan ditembak mati secara langsung tanpa melalui peringatan.

Barack-barack Kayu

Suasana lengang terpancar dari sisa-sisa barack yang digunakan sebagai penjara tahanan. Masing-masing barack mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Barack pertama yang saya masuki merupakan sebuah penjara sempit, terpampang di dalamnya foto-foto bekas tahanan yang pernah mencicipi hidup di dalam terali besi. Tak jarang berbagai karangan bunga dan lilin untuk mengenang korban disematkan guna menyampaikan pesan turut berduka.



Begitu keluar dari barack tersebut, saya dibuat begidik. Bagaimana tidak, sebuah kayu dengan ukuran besar terpampang kuat dan mengerikan. Potongan besi lancip dipasang diujung atas kayu tersebut. Tanpa bertanya, saya pun yakin bahwa kayu tersebut adalah tempat pancung. Sisa darah kering bahkan masing terlihat jelas di kayu setinggi kira-kira 3 meter tersebut. “Bukan main kejinya Nazi”, gumam saya dalam hati.



Tak cukup sampai disini, barack-barack yang berjejer  juga membuat saya semakin penasaran. Kali ini bukan penjara, melainkan ruangan besar untuk para tahanan kelas teri selain tahanan politik. Didalamnya terdapat keranjang tidur bertingkat yang dibuat berjejer, juga beberapa meja dan kursi untuk makan. Hawa panas sungguh terasa dalam barack ini, bahkan dinding-dinding atapnya terlihat mengelupas saking panasnya.

Toilet tahanan berada di ruangan berbeda namun masih berada dalam barack tersebut. Dahulunya, para tahanan hanya diperkenankan untuk memakai toilet hanya di waktu pagi dan siang hari. Itupun juga hanya beberapa menit. Orang tua, atau yang sakit-sakitan tak jarang meninggal di tempat dan terinjak-injak bercampur dengan kotoran. Juga, bagi tahanan yang tidak mau bekerja mereka akan disiksa dan ditenggelamkan ke dalam air kloset.


Museum Sachsenhausen

            Saya melanjutkan petualangan sejarah Holocaust ke barack selanjutnya yang digunakan sebagai museum bawah tanah. Museum ini relatif kecil karena hanya menempati satu bangunan saja meski bertingkat. Selain menyimpan foto-foto kisah tragis keturunan Yahudi dan tahanan camp, juga terdapat barang-barang bekas tahanan yang tersisa ketika mereka dibunuh dengan menggunakan gas beracun dalam sebuah gudang khusus.

            Saya melihat ada serpihan sepatu dan baju bekas para tahanan baik yang masih utuh maupun yang sudah tercerai-berai. Semuanya di pajang di etalase kaca dengan keterangan singkat. Jerman, menurut saya termasuk negara yang berani mengungkap sejarah kelam negerinya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Tidak semua bangsa punya keberanian untuk membuka aib negeri sendiri.


            Sederetan foto yang mengisahkan tentang kekejaman tentara Nazi terhadap keturunan Yahudi terpampang di dinding-dinding museum. Peristiwa demi peristiwa pembantaian termasuk pembakaran sinagogue menjadi pemandangan yang tak terelakkan. Sesekali saya harus menahan haru merasakan betapa tersiksanya menjadi keturunan bangsa Yahudi ketika itu.

            Selain itu, beberapa foto anak-anak yang punya kelainan jiwa, kaum homosexual yang menjadi korban pembantaian juga ada yang dipajang di dinding-dinding tersebut. Di masa ketika kaum homosexual masih menjadi bulan-bulanan di berbagai kota di Jerman, Berlin justru menjadi surganya kaum homosexual. Tak ayal camp konsentrasi ini menampung jumlah homosexual paling banyak dibandingkan tempat lain. Tercatat, sekitar 10.000 homosexual terbunuh di Sachsenhausen.  

            Selain beberapa barack yang dikhususkan untuk tahanan, di lokasi ini juga terdapat beberapa bangunan yang digunakan sebagai pabrik batu bata. Para tahanan inilah yang dipekerjakan paksa oleh Hitler demi mewujudkan impiannya membangun Berlin menjadi kota masa depan kekuasaan bangsa Jerman.  

            Kini, barack-barack tersebut sebagian masih ada yang berdiri tegak, namun ada juga yang sudah hancur hanya menyisakan beberapa petak tanah yang ditandai batu-batu kerikil. Bangunan lain yang tak kalah menyeramkan adalah sebuah gudang yang dibuat untuk membunuh ratusan tahanan dengan menggunakan gas beracun (gas chamber). Saya begitu miris mendengar cerita bahwa gas-gas tersebut dikeluarkan melalui alat seperti shower di kamar mandi. Setelah dipastikan meninggal, jasad-jasad tersebut dikremasi sampai tak tersisa.



***
     
           Wisata ini merupakan perjalanan sejarah yang kebetulan berada di daerah pinggiran Berlin. Jika anda ingin berkunjung ke Sachsenhausen saya sarankan untuk menginap di kota Berlin. Selain banyak wisata lain yang mendukung anda juga lebih mudah mendapatkan penginapan dan tempat-tempat untuk belanja. Selain itu, variasi makanan seperti kebab Turki, currywurst, atau toko-toko roti juga mudah ditemukan di sudut-sudut kota Berlin.

          Dari Berlin anda bisa menggunakan S Bahn (kereta dalam kota) dari Gesundbrunen sekitar 45 menit perjalanan. Anda bisa membeli daily ticket 7 Euro per-orang. Dengan tiket ini anda bisa keliling kota Berlin sampai puas, baik menggunakan kereta, tram, maupun bis.
          
         Bagi anda yang gemar melakukan perjalanan sekaligus wisata sejarah, Berlin adalah pilihan yang tepat untuk mengetahui rekaman sejarah Holocaust. Selain Sachsenhausen, ada juga Jewish Museum, Topography of Teror dan Jewish Memorial yang berada tepat disamping Brandenburger Tor. Jangan khawatir juga bagi anda yang ingin membeli souvenir, hampir di setiap tempat wisata berdekatan dengan penjual souvenir. Anda tinggal membandingkan harga dengan kios-kios yang berjejer di pinggir jalan.
           
          Memasuki camp konsentrasi Sachsenhausen ini anda tidak perlu mengeluarkan uang karena tidak dipungut biaya sama sekali. Anda bisa puas berkeliling menyaksikan sisa-sisa bangunan peninggalan Nazi termasuk menikmati museum bawah tanahnya.  Selamat menikmati perjalanan !


Comments

Popular posts from this blog

Berburu Barang Second Bareng Bule Jerman

Anda termasuk penggemar barang-barang second-hand? Jika di Indonesia budaya membeli barang second-hand dipandang sebelah mata, di Berlin justru sebaliknya. Membeli barang second-hand bukanlah hal yang memalukan bagi warga setempat. Sebagai seorang mahasiswa yang hanya tinggal beberapa tahun saja, berburu barang-barang bekas adalah pilihan. Selain hemat, juga sayang jika harus membeli furniture baru yang nantinya akan ditinggal. Jika anda di Jerman, anda dapat menemukan tempat yang paling pas untuk berburu barang bekas yang biasa dikenal dengan Flohmarkt atau Flea Market.   Pertama kali-nya saya ke Flohmarkt karena ajakan suami untuk membeli perabotan dapur. Mayoritas di Berlin, jika anda menyewa apartemen maka anda harus mengisi sendiri semua perabotan. Nah, jika anda akan meninggalkan apartemen tersebut anda juga harus mengosongkan semua perabotan. Harus bersih seperti semula. Tanpa ada gantungan apa-pun, termasuk foto-foto pajangan. Tak heran, jika anda akan melihat ban

Catatan Dari Kairo : Toko Buku Orang Jawa Musthofa al-Bab al-Halaby

Oleh: Maria Fauzi Malay Manuscript at Pergamon Museum Rasanya baru kali itu saya mendengar ada maktabah (toko buku) orang Jawa di Kairo. Informasi ini saya peroleh dari kakak kelas yang hobi sekali mendalami isu-isu tentang jaringan ulama Nusantara. Dan, maktabah ini berada persis di belakang asrama kami, di kawasan Syurthoh Bab- Asya’riyah. Penasaran, saya seketika bergegas menuju ke toko buku nan kuno ini. Suasananya tua, terlihat dari rak-rak buku yang sudah lusuh dan dekil. Nampak buku-buku kuning dengan sampul tipis berserakan di atas meja. Mungkin hanya beberapa saja yang bersampul tebal. Penjaga tokonya sesekali terlihat tak acuh kepada kami. “ Salamu’alaik ”, sapa kami. Tak bergeming. Ia pun hanya memandangi kami dengan kaca mata super tebal dan kembali lagi membaca. “ Law samahtum, fi Kitab Hasyiyah Al-Nafahat Li al- Asyeikh Khatib Al-Minangkabawi ”?. “Permisi apakah ada Kitab Hasyiyah Al- Nafahat karya Syeikh Khatib al Minagkabawi”?, Sapa kami.

Menelusuri Situs-situs Peninggalan Mamalik

Oleh : Maria Ulfa Fauzy Banyak hal yang harus dieksplorasi lebih lanjut dalam menguak sejarah peradaban Islam, baik berupa manuskrip, tradisi, atau bangunan-bangunan kokoh nan klasik. Bukti sejarah inilah yang nantinya justru banyak berkisah tentang berbagai peradaban masa silam, meskipun ada beberapa diantaranya yang hanya meninggalkan sebuah kisah. Dalam catatan sejarah, Mesir termasuk salah satu penyimpan varian peradaban eksotik dunia. Dimulai sejak zaman Pharaonic 3200 SM, kemudian periode Hellenistic yang dimulai ketika Iskandar Agung berhasil mengalahkan Persia 332 SM. Dilanjutkan era Romawi 30 SM, dan dekade peradaban Islam yang diprakarsai oleh Amru bin Ash 640 M. Sejarah peradaban Islam mencatat, Mesir termasuk salah satu kawasan yang sempat dihinggapi oleh beberapa dinasti kenamaan. Sebut saja dinasti Tholouniyah, didirikan oleh Ahmad bin Thouloun pada tahun 868-905 M. Kemudian dinasti Ikhshidiyah 935-969 M, Fathimiyah 969-1171 M, Ayyubiyah 1171-1250 M, Mamalik 1250-1517