Skip to main content

Berburu Barang Gratis Lewat Internet


Masih seputar barang second (duile, hobi bener ame barang bekas) 

Baiklah jika dalam catatan sebelumnya saya mengulas barang-barang bekas yang ada di pasar dan gerai-gerai toko, sekarang kita beralih ke dunia maya alias transaksi lewat internet. Pokoknya jalan apapun bakal ditempuh demi mendapatkan barang bekas yang masih bagus hihihihi.

Situs ini bernama Kleineanzeigen.ebay.de. Bagi yang tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk pergi ke pasar, bisa membuka alamat tersebut dan memilih barang-barang yang akan dibeli atau jual. Ada beberapa kriteria jenis barang di kolom bagian atas kemudian mengisi barang apa yang dibutuhkan dan tinggal search.



Ada sebuah kriteria transaksi yang menurut saya aneh. Yaitu bertukar barang atau exchange. Orang Jerman biasa bertukar barang dengan orang lain. Tidak sembarangan, mereka bisa bertukar untuk memakai mobil, moge (motor gede), komputer, handphone atau alat-alat yang lain. Heran kan? Saya aja juga heran hihhihihi.

Kepercayaan kepada orang lain bukan main-main di Jerman. Seseorang bisa bertukar pemakaian barang dengan orang lain, tentunya dengan aturan yang sudah ditentukan kedua belah pihak. Mungkin bagi kultur kita (orang Indonesia) bertukar barang dengan orang yang kita kenal adalah hal biasa, namun di Jerman  anda dapat bertukar barang dengan orang yang sama sekali tidak anda kenal.

Selain bertukar barang, lewat website ini anda juga dapat mencari barang-barang yang digratiskan pemiliknya atau Zu verschenken. Kita bisa melihat dari keterangan di kolom sebelah kanan foto barang tersebut. Barang-barang Zu  verschenken adalah yang paling banyak diburu, apalagi perabotan rumah tangga. Mungkin hanya beberapa jam saja bertengger di laman situs tersebut. Jika berminat, bisa langsung menghubungi sang empunya melewati email yang tertera di keterangan, atau lewat telepon dan membuat janji. Selain itu juga ada barang yang dipinjamkan, tentunya sesuai dengan prosedur yang sudah disepakati kedua belah pihak.



Tak jarang, bagi mereka yang bermukim hanya beberapa bulan saja akan memberikan perabotannya secara gratis. Baik sofa, tempat tidur sampai peralatan dapur lengkap. Nampaknya mereka tak mau ambil pusing dengan berbagai macam janji hanya untuk mengambil barang-barang tersebut.

Seringkali saya menemukan perabotan tumah tangga yang masih bagus tergeletak begitu saja di pinggir jalan. Bahkan di sebuah asrama mahasiswa tepatnya di daerah Weding, saya pernah melihat tumpukan meja, kursi dan kasur bertengger di pojok gerbang. Biasanya ada tempat khusus semacam bak sampah ukuran besar untuk menampung perabotan-perabotan yang dibuang tersebut. Jika penuh, maka perabotan yang berbahan kayu atau yang lainnya akan dihancurkan dan dikirim ke pusat recycle. Tidak ada istilah mubadzir di Jerman, karena semua akan di daur ulang kembali untuk mendapatkan yang baru.

Bagi kami, mahasiswa yang hanya menetap beberapa tahun saja memfungsikan barang ‘rongsokan’ adalah rezeki. Dari pada dibuang, dan direcycle mending kita gunakan dulu. Tak jarang juga, barang tersebut akan turun temurun diberikan kepada rekan mahasiswa lain yang baru datang. Jika rajin berburu, anda tidak perlu khawatir untuk memenuhi segala perabotan rumah yang masih kosong.

Biasanya masing-masing district, akan memasang papan pengumuman di Rathaus (Registration Office) kapan barang-barang bekas bisa dikumpulkan. Langkah ini diambil untuk meminimalisir perabotan bekas yang bercecer di pinggir jalan. Pemerintah setempat memfasilitasi bagi penduduk Jerman yang ingin buang barang, atau yang ingin mengambil barang bekas tersebut. Praktis kan, tinggal datang trus ambil barang. Gratis lagi hehehe.

Nah, meskipun bisa mendapatkan barang bekas secara gratis namun saya  cukup kesulitan juga untuk mengangkut barang-barang tersebut. Biaya penyewaan mobil angkutan cukup mahal. Jika memungkinkan untuk dibawa dengan transportasi umum ya tinggal dibawa saja. Tak jarang saya melihat beberapa orang Jerman membawa karpet, kursi atau perabotan rumah yang lain dengan menggunakan kereta atau bis. Asalkan tidak terlalu besar dan mengganggu penumpang lain.

So, mari berburu ....hehehe





  

Comments

Popular posts from this blog

Berburu Barang Second Bareng Bule Jerman

Anda termasuk penggemar barang-barang second-hand? Jika di Indonesia budaya membeli barang second-hand dipandang sebelah mata, di Berlin justru sebaliknya. Membeli barang second-hand bukanlah hal yang memalukan bagi warga setempat. Sebagai seorang mahasiswa yang hanya tinggal beberapa tahun saja, berburu barang-barang bekas adalah pilihan. Selain hemat, juga sayang jika harus membeli furniture baru yang nantinya akan ditinggal. Jika anda di Jerman, anda dapat menemukan tempat yang paling pas untuk berburu barang bekas yang biasa dikenal dengan Flohmarkt atau Flea Market.   Pertama kali-nya saya ke Flohmarkt karena ajakan suami untuk membeli perabotan dapur. Mayoritas di Berlin, jika anda menyewa apartemen maka anda harus mengisi sendiri semua perabotan. Nah, jika anda akan meninggalkan apartemen tersebut anda juga harus mengosongkan semua perabotan. Harus bersih seperti semula. Tanpa ada gantungan apa-pun, termasuk foto-foto pajangan. Tak heran, jika anda akan melihat ban

Catatan Dari Kairo : Toko Buku Orang Jawa Musthofa al-Bab al-Halaby

Oleh: Maria Fauzi Malay Manuscript at Pergamon Museum Rasanya baru kali itu saya mendengar ada maktabah (toko buku) orang Jawa di Kairo. Informasi ini saya peroleh dari kakak kelas yang hobi sekali mendalami isu-isu tentang jaringan ulama Nusantara. Dan, maktabah ini berada persis di belakang asrama kami, di kawasan Syurthoh Bab- Asya’riyah. Penasaran, saya seketika bergegas menuju ke toko buku nan kuno ini. Suasananya tua, terlihat dari rak-rak buku yang sudah lusuh dan dekil. Nampak buku-buku kuning dengan sampul tipis berserakan di atas meja. Mungkin hanya beberapa saja yang bersampul tebal. Penjaga tokonya sesekali terlihat tak acuh kepada kami. “ Salamu’alaik ”, sapa kami. Tak bergeming. Ia pun hanya memandangi kami dengan kaca mata super tebal dan kembali lagi membaca. “ Law samahtum, fi Kitab Hasyiyah Al-Nafahat Li al- Asyeikh Khatib Al-Minangkabawi ”?. “Permisi apakah ada Kitab Hasyiyah Al- Nafahat karya Syeikh Khatib al Minagkabawi”?, Sapa kami.

Catatan Dari Kairo: Kuchuk Hanem

Cairo, 2005 Melayang-layang di atas awan tidak begitu membekas bagi saya. Sesekali hanya merasa gugup, dan pasrah. Sesekali juga kagum. Melihat gugusan awan yang terlihat saling mendahului dengan pesawat yang kami tumpangi. Biru dan orange. Dua warna inilah yang mendominasi langit dikala siang mendekati senja. Guratan-guratan awan terlihat jelas. Mungkin itu merupakan garis batas yang membelah langit, sebelah kiri milik Arjuna dan yang kanan milik Gatot Kaca (?)   Pukul delapan malam tepat waktu Abu Dhabi, pesawat yang saya tumpangi harus istirahat, mengisi perut yang sudah mulai kosong. Saya harus transit semalam di negara ini. Sambil membenahi beberapa barang bawaan, tiba-tiba saya ditodong pertanyaan panjang, “Ambil cuti berapa bulan mbak?”, tanya seorang perempuan manis berkulit sawo matang kepada saya. “Cuti?”. Saya mendadak bingung. Dia pun kembali menanyakan hal tersebut dengan lebih jelas. “Mbak dulu berangkat dari mana? Dapat cuti ya, berapa bula