Skip to main content

Serpihan Kisah Kota Tua nan Eksotis, Praha


Sebuah kota tua layaknya miniatur Eropa abad pertengahan telah hadir di depan mata. Jembatan khas yang menghubungkan antara Prague Castle dengan Old Town membentang indah di sepanjang sungai Vltava. Konon jembatan ini dahulunya bernama Stone Bridge (Kamenný most) atau jembatan batu, pada tahun 1870 namanya dirubah menjadi Charles Bridge yang sengaja disematkan untuk Sang Raja Charles IV. 

Bangunan-bangunan kuno bergaya Gothic, Romanesque, Baroque, Neo-Classical dan Art Neavou turut mewarnai disetiap sudut kota. Jalanan berbatu sepanjang Old Town dan Lesser Town semakin mengesankan nuansa klasik nan apik. Jika dilihat dari atas bukit, kota ini terlihat sangat cantik juga eksotis. Warna merah dan orange hampir mendominasi sejauh mata memandang. Apalagi dipadukan dengan warna biru langit kian menambah pesona kecantikan kota Praha.    

Catatan ini merupakan hasil perjalanan kami, saya dan suami, ke Praha pada musim semi yang lalu. Perjalanan saya awali dari Berlin, sekitar empat setengah jam naik bus dengan tarif 37 euro pulang pergi. Cukup murah. Jalan utama yang menghubungkan antara Jerman Praha terbilang mulus. Hampir tidak ada satupun kendaraan yang saling mendahului. Semua berjalan dengan tertib dan lancar. Pemandangan alam yang disuguhkan membuat saya seakan berada di negri dongeng. Ladang gandum yang membentang luas, bukit-bukit hijau, kuda dan sapi perah yang bebas berkeliaran, juga aliran sungai yang bersih benar-benar menjadi suguhan mata yang sayang untuk dilewatkan.

Terlebih ketika memasuki kota Dresden, beberapa kastil dikelilingi hutan pinus diujung bukit seakan-akan sengaja membuat mata saya tidak bisa berpaling. Dalam perjalanan saya  serasa tidak sabar untuk segera sampai ke Praha. Kota yang menyimpan sejuta sejarah dan seni, mulai dari pengaruh kekuasaan Bohemian yang ketika itu menjadi pusat kota suci kekaisaran Romawi sampai pergumulan kehidupan etnis Yahudi yang masih meninggalkan beberapa situs penting di jantung kota Praha, tepatnya di Old Town.

Pukul 10 pagi, akhirnya saya sampai di terminal bus Florence. Udara dingin  masih juga enggan  hengkang dari kota ini. Saya segera bergegas menuju pusat pelayanan untuk mendapatkan map sebagai satu-satunya petunjuk  mengeksplorasi Praha nan eksotis.

Setelah istirahat sejenak di hotel tempat saya menginap, yaitu di kawasan Novovysocanska, yang terletak agak jauh dari pusat kota, saya sepakat untuk terlebih dahulu mengeksplorasi Old Town atau Staré Město. Tempat ini biasa disebut dengan kota tua sebelum Raja Charles IV melakukan perluasan hingga seberang sungai Vltava yang dinamakan Lesser Town (Malá Strana) pada abad 14 M. 

Staré Město adalah jantungnya Praha, dimana terdapat Old Town Square yang menjadi pusat beberapa peninggalan abad pertengahan. Saya memilih arah dari Wenceslas Square sembari menikmati keramaian pusat kota yang dikelilingi oleh pusat-pusat perbelanjaan, restauran, cafe, hotel dan bar. Bagi yang suka belanja, anda akan dengan mudah mendapatkan barang-barang dengan merk ternama sampai ecek-ecek, lengkap! Di ujung alun-alun ini terdapat museum nasional, tepat di depannya berdiri patung Wenceslas, pahlawan nasional Republik Ceko, yang sedang menaiki kuda.  

Sebelum sampai di Old Town saya terlebih dahulu harus melewati gang-gang yang tidak terlalu lebar, sesekali saya juga mendapati beberapa pengemis dengan gaya menungging seperti sujud dan tangan menengadah kedepan. Rupanya gaya nungging ini menjadi ciri khas pengemis di Praha. Selain para wisatawan, jalanan ini juga dipenuhi oleh para penjual souvenir termasuk kristal yang terkenal dari Praha. Setelah sekian menit berjalan akhirnya menara gereja yang nampak angkuh itu sedikit demi sedikit mulai terlihat. Saya segera mempercepat langkah. Dan benar saja, dibalik ujung gang seketika saya dimanjakan dengan bangunan-bangunan indah nan klasik. Salah satunya adalah jam astronomi tertua di dunia yang masih berfungsi sampai sekarang. 



Jam Astronomi Kuno

Jam ini didesain oleh Mikuláš of Kadaň dan Jan Šindel, seorang profesor di bidang matematika dan astronomi di Universitas Charles. Pada tahun 1410 pertama kalinya jam ini mulai difungsikan. Terlihat sangat rumit karena jam ini terdiri dari beberapa rincian astronomi yang menunjukkan posisi matahari, bulan dan zodiak. Juga ada beberapa patung Rasul Yesus atau biasa disebut sebagai “The Walk of the Apostles” yang menjadikan jam ini terlihat unik. 

Struktur paling bawah dari jam ini menunjukkan kalender bulan yang baru dibuat pada tahun 1870. Di setiap pergantian jam patung-patung tersebut akan berputar disertai bunyi lonceng dan terompet dari ujung menara. Atraksi inilah yang membuat saya beserta wisatawan lainnya antusias untuk menunggu detik demi detik hingga lonceng dan terompet berbunyi pertanda jam telah berganti. 



Di kawasan ini juga terdapat gereja dengan menara menjulang tinggi yaitu Church of Our Lady before Tyn bercorak gothic yang dibangun pada tahun 1385 M. Gereja lain yang juga tampak megah, dengan dome berwarna hijau bergaya baroque di sekitar Old Town adalah St. Nicholas dibangun oleh Antonin Braun yang terinspirasi oleh Chapel St. Louis-des-invalides di Paris. 

Tak jauh dari bangunan ini, tentunya dengan berjalan kaki, berdiri kokoh sebuah patung yang ditujukan kepada Jan Hus, seorang agamawan, filsuf dan reformer yang dikenal diseluruh penjuru Praha. Jan Hus merupakan simbol perlawanan dan kekuatan terhadap Vatikan yang kala itu memegang otoritas gereja. Patung ini dibuat pada tahun 1915 sebagai tanda untuk mengenang kematiannya yang berumur lima ratus tahun dalam perang Hussite tahun 1415. Old Town Square menjadi saksi sejarah atas beragam peristiwa pembunuhan, pembantaian bernuansa politis, juga gemerlap kemewahan pedagang kaya yang diberikan hak istimewa atas kawasan ini oleh Raja Václav I.

Kampung Yahudi

Keesokan harinya saya meneruskan petualangan dengan tujuan Jewish Quarter atau pusat pemukiman Yahudi terbesar di Eropa sebelum peristiwa Holocaust. Tak tanggung-tanggung di kawasan ini saya menemukan banyak sekali sinagog yang umurnya ratusan tahun. Sebut saja the Altneuschul atau Old-New Synagogue dengan gaya gothic yang merupakan tempat peribadatan Yahudi tertua di Eropa. Hanya beberapa meter dari bangunan ini, saya juga menjumpai sinagog lain yaitu Maisel sinagogue, Spanish Sinagogue, Pinkas Sinagogue dan Klausen Sinagogue yang terlihat kuno namun terpelihara. 


Bangunan ini berdiri kokoh di tengah-tengah perkampungan Yahudi yang padat dan terlihat sempit. Disinilah, seorang sastrawan yang dianggap paling berpengaruh pada abad 20 atas karya-nya “Die Verwandlung” (The Metamorphosis) beraliran eksistensialis, Franz Kafka dilahirkan pada tanggal 3 Juli 1883. Pada tahun 1991, museum Franz Kafka berhasil didirikan tepat dimana dia dilahirkan. 

Sekilas perkampungan Yahudi ini seperti perumahan kuno biasa. Terlihat dari ruas jalannya yang agak sempit khas Eropa juga bangunan tingkat yang berdiri berjajar. Saya sempat bertanya-tanya dalam hati, benarkah kawasan ini merupakan perkampungan Yahudi yang saya cari. Setelah melihat kanan-kiri, depan-belakang saya menemukan sebuah bangunan agak besar, memiliki menara seperti gereja dan terpampang diatasnya sebuah jam besar. Yang membuat semakin penasaran sekaligus yakin bahwa ini benar-benar situs yang saya cari adalah angka Ibrani yang terletak di jam besar tersebut. 

Bangunan ini ternyata Jewish Town Hall yang difungsikan sebagai kantor pusat federasi komunitas Yahudi di Praha yang dibangun oleh seorang mayor Yahudi bernama Josefov abad ke-16 M. Sayapun semakin yakin menyusuri sudut demi sudut ruas jalan kuno ini dan berakhir di  Chevra Chadisha, sebuah museum yang menyimpan artefak-artefak Yahudi ketika pemukiman ini mengalami rekonstruksi pada tahun 1887. 

Dengan gaya pseudo-Romanesque bangunan Chevra Chadisha ini nampak berbeda. Pengaruh nuansa arsitektur Romawi terlihat pada bagian balkon, yang konon dahulunya digunakan untuk memberikan orasi beberapa jam sebelum mayat dikuburkan. Mulanya tempat ini berfungsi sebagai penyimpanan mayat sebelum di kuburkan di pemakaman yang terletak disamping Chevra Chadisha. Namun sekarang tempat ini digunakan untuk pameran termasuk beberapa hasil lukisan dan puisi anak-anak keturunan Yahudi yang dipenjara di Terezin, sebuah konsentrasi perkampungan Yahudi terletak 35 km dari kota Praha.



Karlův Most, Jembatan Romantis

Setelah berjalan menyusuri setapak demi setapak perkampungan ini tak terasa senja sore dengan kilauan cahaya emas terlihat gemilang di ujung langit Praha. Saya tidak ingin kehilangan momen untuk segera menikmati indahnya sunset sembari bersantai dipinggir jembatan Charles yang romantis itu. Tempat ini merupakan destinasi favorit wisatawan yang berkunjung ke Praha, tak heran ratusan orang berlalu-lalang sembari menikmati lukisan para seniman yang berjejer di pinggir jembatan, juga sesekali berpose dengan latar belakang Prague Castle. 




Dari awal pembangunan tahun 1357 sampai tahun 1841 Charles Bridge merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan antara Old Town dan Prague Castle, tempat dimana kerajaan Bohemian, kerajaan Suci Romawi sampai Presiden Chekoslovakia bersinggasana. Arsitektur bergaya gothic mendominasi rangkaian menara yang berada di ujung sebelah timur dan barat jembatan. Suasana klasik nan eksotis juga terpancar dari beberapa patung yang menghiasi sisi utara dan selatan jembatan. Desain patung ini bermacam-macam, salah satunya menceritakan kisah tentang penyaliban Yesus yang dikenal dengan “Statuary of Holy Crucifix and Calvary”. 

Dari arah Old Town saya menyeberangi sungai Vltava menuju Lesser Town yang juga menyimpan puluhan situs bersejarah  termasuk Prague Castle dan St. Vitus Cathedral. Situs terpenting yang ada di Lesser Town ini mayoritas berada di atas bukit yang bisa ditempuh dengan menggunakan tram atau menaiki tangga yang berjumlah ratusan. Karena kelelahan saya pun memilih untuk menggunakan tram.    

Bagi pecinta kuliner, dengan sangat mudah anda akan menemukan bermacam-macam restauran, cafe maupun bar yang berceceran di sepanjang sungai Vltava. Waktu itu saya memilih untuk menyantap menu Asia yang tersedia di restauran Thailand, berdekatan dengan John Lenon Wall. Jika anda ingin cemilan, banyak juga dijual potato chips keripik kentang goreng berbentuk spiral yang banyak dijual di tenda-tenda yang menjajakan hotdog. Selain itu, juga tersedia roti ala Prague yang bentuknya unik, melengkung-lengkung seperti pir, dengan harga 50 CZK. 

Rasanya tak ada habisnya menyusuri kota yang disebut sebagai mahkota benua Eropa ini. Pesona Praha benar-benar memikat, terlebih ratusan menara yang silih berganti menghiasi langit-langit kota. Perasaan bahagia, sekaligus rindu terpancar dari wajah kami yang hendak meninggalkan kota dengan berjuta keindahan alam, kisah dan kenangan.     

Comments

Popular posts from this blog

Berburu Barang Second Bareng Bule Jerman

Anda termasuk penggemar barang-barang second-hand? Jika di Indonesia budaya membeli barang second-hand dipandang sebelah mata, di Berlin justru sebaliknya. Membeli barang second-hand bukanlah hal yang memalukan bagi warga setempat. Sebagai seorang mahasiswa yang hanya tinggal beberapa tahun saja, berburu barang-barang bekas adalah pilihan. Selain hemat, juga sayang jika harus membeli furniture baru yang nantinya akan ditinggal. Jika anda di Jerman, anda dapat menemukan tempat yang paling pas untuk berburu barang bekas yang biasa dikenal dengan Flohmarkt atau Flea Market.   Pertama kali-nya saya ke Flohmarkt karena ajakan suami untuk membeli perabotan dapur. Mayoritas di Berlin, jika anda menyewa apartemen maka anda harus mengisi sendiri semua perabotan. Nah, jika anda akan meninggalkan apartemen tersebut anda juga harus mengosongkan semua perabotan. Harus bersih seperti semula. Tanpa ada gantungan apa-pun, termasuk foto-foto pajangan. Tak heran, jika anda akan melihat ban

Catatan Dari Kairo: Kuchuk Hanem

Cairo, 2005 Melayang-layang di atas awan tidak begitu membekas bagi saya. Sesekali hanya merasa gugup, dan pasrah. Sesekali juga kagum. Melihat gugusan awan yang terlihat saling mendahului dengan pesawat yang kami tumpangi. Biru dan orange. Dua warna inilah yang mendominasi langit dikala siang mendekati senja. Guratan-guratan awan terlihat jelas. Mungkin itu merupakan garis batas yang membelah langit, sebelah kiri milik Arjuna dan yang kanan milik Gatot Kaca (?)   Pukul delapan malam tepat waktu Abu Dhabi, pesawat yang saya tumpangi harus istirahat, mengisi perut yang sudah mulai kosong. Saya harus transit semalam di negara ini. Sambil membenahi beberapa barang bawaan, tiba-tiba saya ditodong pertanyaan panjang, “Ambil cuti berapa bulan mbak?”, tanya seorang perempuan manis berkulit sawo matang kepada saya. “Cuti?”. Saya mendadak bingung. Dia pun kembali menanyakan hal tersebut dengan lebih jelas. “Mbak dulu berangkat dari mana? Dapat cuti ya, berapa bula

Catatan Dari Kairo : Toko Buku Orang Jawa Musthofa al-Bab al-Halaby

Oleh: Maria Fauzi Malay Manuscript at Pergamon Museum Rasanya baru kali itu saya mendengar ada maktabah (toko buku) orang Jawa di Kairo. Informasi ini saya peroleh dari kakak kelas yang hobi sekali mendalami isu-isu tentang jaringan ulama Nusantara. Dan, maktabah ini berada persis di belakang asrama kami, di kawasan Syurthoh Bab- Asya’riyah. Penasaran, saya seketika bergegas menuju ke toko buku nan kuno ini. Suasananya tua, terlihat dari rak-rak buku yang sudah lusuh dan dekil. Nampak buku-buku kuning dengan sampul tipis berserakan di atas meja. Mungkin hanya beberapa saja yang bersampul tebal. Penjaga tokonya sesekali terlihat tak acuh kepada kami. “ Salamu’alaik ”, sapa kami. Tak bergeming. Ia pun hanya memandangi kami dengan kaca mata super tebal dan kembali lagi membaca. “ Law samahtum, fi Kitab Hasyiyah Al-Nafahat Li al- Asyeikh Khatib Al-Minangkabawi ”?. “Permisi apakah ada Kitab Hasyiyah Al- Nafahat karya Syeikh Khatib al Minagkabawi”?, Sapa kami.