Skip to main content

Khawarizmi

Judul Buku : Mafatihul ‘Ulum
Penulis : DR. Muhammad Hasan ‘Abdul ‘Aziz
Tahun Terbit : 2004
Tebal buku : 328 halaman
Penerbit : Al- Hay’ah al- ‘Ammah
Resentator : Maria el Fauzy


Segala hal yang sistematis sejatinya akan mudah untuk ditangkap dan dicerna oleh akal. Berangkat dari nilai-nilai filosofis tersebut seorang intelek muslim abad ke-4 H Abi Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusuf Al- Khawarizmi 387 M mulai mengawali sebuah karya besarnya. Khawarizmi memulai dengan pengklasifikasian cabang ilmu pengetahuan produk Arab dan non- Arab, karena sejarahnya memang sebagian lain telah mengadopsi istilah- istilah asing dari Yunani, Persia dan India seperti halnya logika, filsafat, aritmatika, geometri dsb, meskipun dalam beberapa waktu kemudian telah diislamisasikan.

Sekilas, buku yang telah di tahqiq oleh orientalis Belanda Van Vloten (1866-1903 M) sedikit banyak mendeskripsikan awal perkembangan dan pentahbisan sebuah istilah yang ternyata mempunyai sosio historis tersendiri. Misalnya, istilah yang digunakan dalam ilmu Kalam banyak dipengaruhi oleh Mu’tazilah yang ketika itu berperan penting dalam pembentukan madrasah rasional. Perhatian dan konsentrasinya yang banyak tercurahkan untuk ilmu-ilmu Ketuhanan, Metafisika dan Akhlaq, maka tak heran jika muncul sederetan istilah seperti “al-‘adlu” ,“al-tauhid” dan al-manzilah bayna al-manzilatain dst. Adapun beberapa istilah yang ber-aromakan filsafat misalnya; “al- jauhar”, “al-fardu”, “al-jism”dsb. Begitu pula dalam ilmu Nahwu yang memang asli produk Arab tanpa adanya akulturasi dari budaya non-Arab. Dijelaskan pula bahwa pioneer atau pencetus awal ilmu Nahwu adalah Ibnu Abi Ishaq (188 H) dan ‘Isa bin ‘Umar (149 H) dalam wajah yang belum tersistematiskan, yang kemudian oleh Sibaweh dan Abu Aswad mulai disistematiskan.

Penerjemahan buku besar- besaran yang digalang oleh khalifah al-Ma'mun merupakan faktor terbesar masuknya budaya asing, termasuk berbagai macam ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani, Persia, Syria bahkan dari Ibrani yang dialih bahasakan ke Arab. Ibnu Muqoffa’ (142 H) termasuk intelektual Arab yang mempelopori masuknya ilmu- ilmu filsafat dan logika, dan banyak menerjemahkan beberapa karya Aristoteles, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap pola pikir keilmuwan bangsa Arab. Disusul kemudian dengan munculnya Al-Kindi (252 H), sarjana kenamaan ini juga telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan filsafat Islam, logika dan kedokteran. Ia merupakan intelektual Arab pertama yang menulis beberapa buku filsafat dalam bahasa Arab beserta istilah-istilahnya, sebagai misal; “al- ‘illah al- ula”, “ al- ‘aql wa al- jazm” dsb. Yang juga ikut andil dalam diskursus ini adalah seorang ahli filsafat muslim dan juga sejarawan Abu Nasr Al-Farabi (339 H), beliau telah banyak menerjemahkan buku filsafat karya Plato dan Aristoteles.

Dunia Arab sejatinya banyak mengadopsi ilmu kedokteran sekaligus istilahnya dari Yunani. Adalah Hunain bin Ishaq (194-264 H) yang paling banyak menerjemahkan buku- buku kedokteran Yunani ke bahasa Arab dan Syria, seperti yang dilansir oleh Ibnu al- Nadiim bahwa Hunain sangat fasih dan handal berbahasa Yunani dan Arab. Kepercayaan ulama terdahulu sangat besar atas kepiawaian beliau mempermainkan kata dan mengibaratkannnya tanpa merubah substansi. Hunain juga produktif dalam penulisan buku kedokteran, hampir sekitar puluhan buku beliau terbitkan yang ketika itu banyak dijadikan referensi utama. Karya beliau yang paling masyhur adalah “ al- ‘Asyru Maqalaat fi al- ‘Aini” dan dijadikan pengantar dalam ilmu kedokteran. Beliau juga banyak memberikan istilah- istilah penyakit khususnya dalam spesialis mata seperti ;”al- Ramad wa al- Sabal”, “al- Sya’iiroh”, al- Syatroh”, serta mengklasifikasikan al- Ramad ada tiga jenis yang masing- masing menggunakan bahasa Yunani.

Selain itu, Abu Bakar Al-Razy juga tercatat ikut berpartisipasi dalam perkembangan ilmu kedokteran Arab sekitar abad ke 4 H (311- 320 H). Ilmu kedokteran ketika itu sangat populer dan beliau termasuk ahli filsafat sekaligus kontributor dalam kemajuan ilmu kedokteran. Al-Razi banyak berkarya dalam bentuk penulisan buku tentang pengobatan alternatif yang dapat dimanfaatkan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Al-Khawarizmi hidup pada abad ke 4 H dengan nama Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusuf Al-Khawarizmi. Beliau sangat peduli terhadap perkembangan ilmu ketika itu, karena telah banyak diwarnai aroma asing. Pengklasifikasian cabang ilmu pengetahuan oleh Al- Khawarizmi terbagi menjadi dua sub tema besar yaitu;

1. Ilmu dasar yang mendasari berbagai ilmu pengetahuan Arab meliputi ; Fiqh, Kalam, Nahwu, Kitabah (tulisan), Sya’ir, Akhbar.

2. Ilmu asing yang diadopsi dari Yunani, Persia dan India meliputi ; Falsafah, Logika, Kedokteran, Aritmatika, Arsitek, Astronomi, Musik, Mekanika, Kimia

Oleh Khawarizmi, sub-sub besar tersebut di klasifikasikan lagi sesuai dengan perkembangannya. Misalnya, Ilmu Fiqh terbagi lagi menjadi beberapa bab; Ushul Fiqh, Thaharah, Sholat dan Adzan, Puasa, Zakat, Haji, Jual Beli, Nikah dan Thalaq, Addiyat, Al Faridhoh, dan Nawadir. Dan logika terbagi lagi menjadi 9 bab; al- Madkhal, al- Maquulaat, al-Tafsir, al- ‘Aks (antologi), al- Iidloh, al- Jadl, al- Tahakum, al- Khithobah (retorika) dan al- Syi’r.

Istilah adalah yang membahasakan suatu pengetahuan, yang pada hakekatnya tidak menjadi sebuah keharusan, tapi juga tidak masuk dalam pelarangan. Sehingga banyak ditemukan satu kata yang mempunyai istilah tersendiri sesuai dengan cabang ilmu masing- masing. Ketika dijumpai kata “ruju’”, astronom akan memaknai sebagai berbaliknya arah laju planet dari garis orbitnya, kemudian ahli Fiqh akan memaknai ruju’ nya suami istri yang tidak termasuk di dalamnya tholak baa'in, adapun sebagian orang syi’ah akan memaknainya sebagai kembalinya sang Imam setelah wafat. Sekiranya sebuah istilah memegang peranan penting dalam ilmu pengetahuan, maka al- Khawarizmi dengan kesungguhannya mencoba untuk mengklasifikasikan cabang ilmu pengetahuan yang tak terbatas. Kepiawaiaan Khawizmi dalam mengklasifikasikan sebuah istilah di setiap cabang ilmu sangat beragam. Di dalam kedokteran beliau memulai dari nama obat-obatan yang mayoritas menggunakan Shigat ( fa’uul) bi fathil fa’ misal; al- Ghasuulaat, al- Nathuulaat, al- Sakuubaat, al- Wajuuraat, al- Sa’uuthaat dsb.

DR. Muhammad Hasan Abdul Aziz dalam buku ini juga menyuguhkan komparasi antara pembagian cabang ilmu pengetahuan oleh al-Khawarizmi, al-Farabi dan al-Fihrisaat nya Ibnu Nadiim. Ihshaaul ‘ulum karya al- Farabi adalah paling awal karena beliau wafat sekitar 48 tahun sebelum Khawarizmi wafat. Sedangkan karya Ibnu Nadiim termasuk yang terakhir. Ketiganya mempunyai persamaan dalam pengklasifikasian masing-masing cabang besar ilmu pengetahuan, hanya saja perbedaan diantara ketiganya terletak pada tujuan ataupun sasarannya. Jika Farabi lebih membatasi cakupan tema pada setiap cabang ilmu pengetahuan dan tujuan akhirnya, maka Khawarizmi lebih pada pembatasan dan penggunaan istilah dalam setiap cabang ilmu. Berbeda dengan apa yang diusung oleh Ibnu Nadiim, beliau lebih banyak menjelaskan awal perkembangan ilmu itu sendiri sekaligus nama pengarang lengkap dengan biografinya.

Farabi membagi ilmu pengetahuan menjadi 8 cabang besar, meliputi; Ilmu Lisan, Logika, ‘Uluum al- Ta’alim, Metafisika, Ketuhanan, Kewarganegaraan (berkenaan dengan masyarakat), Fiqh dan ilmu Kalam. Dan setiap cabangnya mempunyai bagian tersendiri. Ketika Khawarizmi membagi ilmu Mantik menjadi 9 bab, maka Farabi hanya membaginya menjadi 8 bab; al- Maquulaat, al- ‘Ibaaroh, al- Qiyas, al- Burhan, al- Hikmah al- Mamuhah, Retorika dan Syi’r. Perbedaan yang nampak dalam karya Farabi adalah tidak adanya pembagian antara ilmu asli Arab dan ilmu yang diadopsi dari non- Arab. Kemudian dalam pengertiannya ilmu Kitabah, menurut Farabi merupakan bagian dari ilmu Lisan sebagai dasar dalam Qawa’idul Imla’. Tetapi Khawarizmi memberikan pengertian sebagai cabang ilmu independen yang digunakan dalam perkantoran dan madrasah- madrasah. Ibnu Nadiim lebih menjelaskan secara detail tentang buku- buku pada setiap cabangnya sekaligus pengarangnya selain melakukan pembagian terhadap cabang ilmu pengetahuan, yang sama sekali tidak dilakukan Khawarizmi dan Farabi.

Pada bagian kedua dari buku ini akan disuguhkan pula muqaddimah Van Vloten yang diterjemahkan dari bahasa latin oleh DR. Hamdi Ibrahim. Dan sekaligus pada bab berikutnya adalah kutipan dari buku Mafatihul ‘Ulum yang disertai tahqiqan Van Vloten. Sangat tidak diragukan, kepiawaian Khawarizmi telah memberikan banyak kontribusi dalam dunia pengetahuan yang kemudian banyak diadopsi Barat.

Comments

SAYANGNYA GAK DIJELASKAN SECARA JELAS TENTANG FALSAFAHNYA

Popular posts from this blog

Berburu Barang Second Bareng Bule Jerman

Anda termasuk penggemar barang-barang second-hand? Jika di Indonesia budaya membeli barang second-hand dipandang sebelah mata, di Berlin justru sebaliknya. Membeli barang second-hand bukanlah hal yang memalukan bagi warga setempat. Sebagai seorang mahasiswa yang hanya tinggal beberapa tahun saja, berburu barang-barang bekas adalah pilihan. Selain hemat, juga sayang jika harus membeli furniture baru yang nantinya akan ditinggal. Jika anda di Jerman, anda dapat menemukan tempat yang paling pas untuk berburu barang bekas yang biasa dikenal dengan Flohmarkt atau Flea Market.   Pertama kali-nya saya ke Flohmarkt karena ajakan suami untuk membeli perabotan dapur. Mayoritas di Berlin, jika anda menyewa apartemen maka anda harus mengisi sendiri semua perabotan. Nah, jika anda akan meninggalkan apartemen tersebut anda juga harus mengosongkan semua perabotan. Harus bersih seperti semula. Tanpa ada gantungan apa-pun, termasuk foto-foto pajangan. Tak heran, jika anda akan melihat ban

Catatan Dari Kairo: Kuchuk Hanem

Cairo, 2005 Melayang-layang di atas awan tidak begitu membekas bagi saya. Sesekali hanya merasa gugup, dan pasrah. Sesekali juga kagum. Melihat gugusan awan yang terlihat saling mendahului dengan pesawat yang kami tumpangi. Biru dan orange. Dua warna inilah yang mendominasi langit dikala siang mendekati senja. Guratan-guratan awan terlihat jelas. Mungkin itu merupakan garis batas yang membelah langit, sebelah kiri milik Arjuna dan yang kanan milik Gatot Kaca (?)   Pukul delapan malam tepat waktu Abu Dhabi, pesawat yang saya tumpangi harus istirahat, mengisi perut yang sudah mulai kosong. Saya harus transit semalam di negara ini. Sambil membenahi beberapa barang bawaan, tiba-tiba saya ditodong pertanyaan panjang, “Ambil cuti berapa bulan mbak?”, tanya seorang perempuan manis berkulit sawo matang kepada saya. “Cuti?”. Saya mendadak bingung. Dia pun kembali menanyakan hal tersebut dengan lebih jelas. “Mbak dulu berangkat dari mana? Dapat cuti ya, berapa bula

Catatan Dari Kairo : Toko Buku Orang Jawa Musthofa al-Bab al-Halaby

Oleh: Maria Fauzi Malay Manuscript at Pergamon Museum Rasanya baru kali itu saya mendengar ada maktabah (toko buku) orang Jawa di Kairo. Informasi ini saya peroleh dari kakak kelas yang hobi sekali mendalami isu-isu tentang jaringan ulama Nusantara. Dan, maktabah ini berada persis di belakang asrama kami, di kawasan Syurthoh Bab- Asya’riyah. Penasaran, saya seketika bergegas menuju ke toko buku nan kuno ini. Suasananya tua, terlihat dari rak-rak buku yang sudah lusuh dan dekil. Nampak buku-buku kuning dengan sampul tipis berserakan di atas meja. Mungkin hanya beberapa saja yang bersampul tebal. Penjaga tokonya sesekali terlihat tak acuh kepada kami. “ Salamu’alaik ”, sapa kami. Tak bergeming. Ia pun hanya memandangi kami dengan kaca mata super tebal dan kembali lagi membaca. “ Law samahtum, fi Kitab Hasyiyah Al-Nafahat Li al- Asyeikh Khatib Al-Minangkabawi ”?. “Permisi apakah ada Kitab Hasyiyah Al- Nafahat karya Syeikh Khatib al Minagkabawi”?, Sapa kami.