Skip to main content

International Kinderfest



Seminggu yang lalu saya berkunjung ke sebuah festival international khusus anak-anak yang diselenggarakan di Brandenburger Tor, pusat kota Berlin. Acara ini diselenggarakan atas kerja sama antara pemerintah Turki dan Berlin, mengingat warga keturunan Turki merupakan imigran terbesar di Berlin.

Kebetulan acara tersebut diadakan pada hari Sabtu dan Minggu. Momen yang tepat untuk meluangkan waktu dan bermain bersama anak-anak. Meskipun anak kami masih umur 6 bulan, artinya belum bisa bermain kuda-kudaan atau komedi putar, namun saya masih saja bersikukuh untuk berkunjung ke even ini. Entahlah, semenjak anak saya lahir saya menjadi senang sekali dengan dunia anak. Mendengarkan ocehan dan keriangan mereka bermain benar-benar bisa membuat suasana menjadi riang gembira.

Begitu keluar dari subway Brandenburger Tor, beberapa badut dengan pakaian yang lucu-lucu menyapa kami. Ada yang bergaya bak Mario Bross, Teddy Bear dan lain-lain. Tak kalah ramai dengan anak-anak, para orang tua juga ikut berfoto sambil memasang gaya macam-macam.

Pusat permainan terletak di belakang Brandenburger Tor, tepatnya di sebuah jalan bersejarah yang bernama 27 June. Jika lurus, jalan ini akan menghubungkan ke Colunm Victory (Siegessäule) menara kemenangan kerajaan Prussia. Saya sempat terkecoh ketika pulang mengambil rute ini. Ternyata jarak antara Brandenburger Tor dan Column Victory jauh, kira-kira 4 km. Padahal jika dilihat sekilas, nampak dekat. Mungkin karena jalan yang lurus dan menara kemenangan yang menjulang tinggi dan besar sehingga pandangan kita mudah untuk ditipu. Lumayan pegal seh kaki saya.


Siang itu suhu udara lumayan hangat, musim semi nampaknya mulai menyapa kota Berlin. Hiruk pikuk suara anak-anak, dari tertawa sampai nangis merengek-rengek semakin melengkapi kemeriahan Kinderfest. Berbagai kios penjual makanan khas Jerman dan Turki berjejer di pinggir area permainan. Ada Currywurst, Doner Kebab, Crepes, Pompes alias kentang goreng, dan tak lupa Es Cream. Saya jamin, sang penjual makanan pasti mendapatkan untung yang berlimpah. Baru main satu putaran, seorang anak di samping saya langsung merengek-rengek meminta es krim. Itu baru yang saya lihat hehehe...

Permainan yang disediakan bervariasi, layaknya di festival anak-anak. Ada balon air, kereta api kecil, komedi putar dan masih banyak lagi. Ada juga kuda sungguhan. Ini yang paling seru dan banyak diminati anak-anak untuk sekedar menguji keberanian mereka terhadap binatang yang satu ini. Setiap anak akan didampingi sang koboy, berjalan mengelilingi sebuah arena kuda. Tidak lupa, orang tua sesekali turut mengabadikan momen ini dengan sebuah jepretan kamera, cekreek !

Bagi penggila bola, khususnya untuk anak laki-laki, mereka akan ditantang untuk memasukkan bola bak Mesut Ozil, atau Thomas Muller, bintang sepak bola-nya Jerman. Riuhan tepuk tangan dari penonton mengiringi aksi si bocah Turki ini ketika dia berhasil mencetak satu gol kemenangan. Bukan main bangganya. Mungkin itu yang dia rasakan saat penonton berteriak dan sang pemandu acara memberikan satu buah hadiah bola kepadanya.


Meskipun sesungguhnya even ini adalah untuk anak-anak, namun saya juga melihat beberapa orang dewasa yang ikut bermain dan bersenang-senang di hari libur ini. Pihak penyelenggara juga menyediakan satu jenis permainan untuk orang dewasa, yaitu semacam permainan terjun payung dengan menggunakan alat derek bangunan. Terbang ke atas sampai melewati ketinggian bangunan-bangunan yang ada di sekitar Brandenburger Tor. Tinggi banget. Suara jepretan kamera, teriakan penonton dan keramaian pengunjung membuat suasana semakin meriah.

Puncak even ini ditandai dengan aksi panggung anak-anak Turki dan Jerman yang menampilkan rangkaian seni tradisional. Mereka menari-nari dengan menggunakan busana khas Turki. Para penonton berbondong-bondong mencari tempat duduk, sembari menikmati segelas bir khas Jerman. Karena tinggi saya standar Asia, saya pun tidak leluasa melihat aksi panggung anak-anak. Kalah saing dengan beberapa pengunjung yang melihat tanpa perlu menjinjitkan telapak kaki.   


Memasuki musim semi sampai musim panas, Berlin memang dipadati dengan berbagai macam even dan festival. Baik yang diselenggarakan oleh pemerintah Berlin, maupun atas kerjasama dengan berbagai negara lain. Minggu depan, rencananya juga akan ada sebuah fstival yang diselenggarakan komunitas Turki di Berlin. Namanya Istanbul-Berlin festival. Dan, tentu donk saya akan berkunjung, menikmati acara dan pernak-pernik momen ini. 
Dont’ miss it !

Hugs,







Comments

Popular posts from this blog

Catatan Dari Kairo: Kuchuk Hanem

Cairo, 2005 Melayang-layang di atas awan tidak begitu membekas bagi saya. Sesekali hanya merasa gugup, dan pasrah. Sesekali juga kagum. Melihat gugusan awan yang terlihat saling mendahului dengan pesawat yang kami tumpangi. Biru dan orange. Dua warna inilah yang mendominasi langit dikala siang mendekati senja. Guratan-guratan awan terlihat jelas. Mungkin itu merupakan garis batas yang membelah langit, sebelah kiri milik Arjuna dan yang kanan milik Gatot Kaca (?)   Pukul delapan malam tepat waktu Abu Dhabi, pesawat yang saya tumpangi harus istirahat, mengisi perut yang sudah mulai kosong. Saya harus transit semalam di negara ini. Sambil membenahi beberapa barang bawaan, tiba-tiba saya ditodong pertanyaan panjang, “Ambil cuti berapa bulan mbak?”, tanya seorang perempuan manis berkulit sawo matang kepada saya. “Cuti?”. Saya mendadak bingung. Dia pun kembali menanyakan hal tersebut dengan lebih jelas. “Mbak dulu berangkat dari mana? Dapat cuti ya, berapa bula

Menelusuri Situs-situs Peninggalan Mamalik

Oleh : Maria Ulfa Fauzy Banyak hal yang harus dieksplorasi lebih lanjut dalam menguak sejarah peradaban Islam, baik berupa manuskrip, tradisi, atau bangunan-bangunan kokoh nan klasik. Bukti sejarah inilah yang nantinya justru banyak berkisah tentang berbagai peradaban masa silam, meskipun ada beberapa diantaranya yang hanya meninggalkan sebuah kisah. Dalam catatan sejarah, Mesir termasuk salah satu penyimpan varian peradaban eksotik dunia. Dimulai sejak zaman Pharaonic 3200 SM, kemudian periode Hellenistic yang dimulai ketika Iskandar Agung berhasil mengalahkan Persia 332 SM. Dilanjutkan era Romawi 30 SM, dan dekade peradaban Islam yang diprakarsai oleh Amru bin Ash 640 M. Sejarah peradaban Islam mencatat, Mesir termasuk salah satu kawasan yang sempat dihinggapi oleh beberapa dinasti kenamaan. Sebut saja dinasti Tholouniyah, didirikan oleh Ahmad bin Thouloun pada tahun 868-905 M. Kemudian dinasti Ikhshidiyah 935-969 M, Fathimiyah 969-1171 M, Ayyubiyah 1171-1250 M, Mamalik 1250-1517

Berdiri di Kota Mati, “The City of The Death”

The City of The Death. Nama inilah yang membuat saya tergoda untuk melirik dan meniliknya. Yah , kawasan ini terletak di Kairo. Tepat di jantung kota Kairo, ibu kota Mesir. Melihat namanya, seolah saya akan melihat sebuah kota yang mati, tidak berpenghuni, karena mungkin tidak difungsikan lagi oleh pemerintah setempat sebagai lokasi pemukiman penduduk. Ini merupakan perjalanan saya dua tahun yang lalu ke sebuah kawasan bernama Duwaiqoh , atau orang Mesir menyebutnya sebagai Duweah , karena huruf Qhof sering hilang pe lahfadz an-nya dalam dialek Arab 'amiyah (bahasa pasaran). Kawasan inilah yang sering dirujuk oleh banyak wisata asing, yang terlena dengan sebutan The City of The Death, atau Cairo Necropolis, atau Qarafa/ el- Arafa . Cukup mengejutkan, ternyata kawasan ini sebenarnya adalah kawasan pekuburan. Namun, pekuburan yang mempunyai banyak penghuni. Loh kok bisa? Yah, dan penghuninya bukanlah sesosok hantu melainkan warga masyarakat pinggiran Kairo, yang ma